![]() |
Candi Borobudur [Foto : Wikipedia] |
Jakarta – Rencana pemerintah untuk memasang stair lift di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat, akademisi, serta pelaku pariwisata. Tujuan utama pemasangan alat bantu tersebut adalah untuk meningkatkan aksesibilitas bagi lansia, penyandang disabilitas, serta kalangan tertentu yang kesulitan menaiki tangga curam candi Buddha terbesar di dunia itu.
Namun, kekhawatiran muncul mengenai potensi gangguan terhadap nilai historis dan arsitektur asli Candi Borobudur yang telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Sejumlah pihak mempertanyakan dampak pemasangan alat tersebut terhadap konservasi candi.
Menanggapi isu yang berkembang, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa pemerintah tidak memasang lift maupun eskalator permanen di Candi Borobudur. Ia menyebut informasi yang beredar di media sosial mengenai pemasangan eskalator dan ekskavator sebagai kabar hoaks.
“Tidak ada yang namanya pembuatan lift di Candi Borobudur, kemudian ada video mengatakan pemasangan eskalator atau pun dikatakan ekskavator dia nggak bisa membedakan antara eskalator dan ekskavator jadi tidak ada pemasangan eskalator di candi Borobudur yang kita sedang upayakan adalah pemasangan chair (chairlift),” ujar Fadli Zon di kompleks DPR RI, seperti dikutip dari ANTARA, Senin (26/05).
Menurutnya, penggunaan chairlift sudah menjadi praktik umum di berbagai situs warisan dunia lainnya, seperti Akropolis di Yunani maupun Basilika Santo Petrus di Vatikan. Ia menegaskan bahwa pemasangan ini tidak akan merusak struktur bangunan, karena dilakukan tanpa pengeboran atau pemakuan.
“Chairlift itu untuk inklusivitas, semua situs-situs dunia itu sudah memakai itu kalau kita datang ke Akropolis ke Parthenon, di Yunani. Itu juga memakai itu, saya juga lihat di sistem chapel, itu kalau kita lihat di sistem gereja Saint Peter di Italia yang merupakan heritage itu juga memakai itu,” jelasnya.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menambahkan bahwa pemasangan fasilitas tersebut juga berkaitan dengan persiapan kunjungan resmi Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur. Pemerintah ingin memastikan tamu negara dapat mengakses situs secara optimal, mengingat keterbatasan waktu kunjungan.
“Candi Borobudur itu kira-kira setinggi gedung 12 lantai. Jadi, Presiden Perancis tentu dalam kunjungan kenegaraan waktunya terbatas,” kata Hasan dalam keterangannya di Jakarta Pusat.
Stair lift sendiri merupakan alat bantu mobilitas berupa kursi bermotor yang bergerak di atas rel sepanjang sisi tangga. Alat ini lazim digunakan untuk membantu orang naik turun tangga dengan aman dan nyaman, terutama pada bangunan bertingkat yang sulit dimodifikasi secara struktural.
Pemerintah berharap dengan fasilitas ini, Borobudur bisa lebih inklusif dan ramah bagi semua kalangan tanpa mengorbankan nilai sejarah maupun kelestarian warisan budaya.