Juru Bicara Houthi Brigadir Jenderal Yahya Saree
Sana'a — Kelompok Houthi Yaman menegaskan bahwa kesepakatan penghentian serangan terhadap kapal-kapal Amerika Serikat tidak mencakup Israel. Pernyataan ini memunculkan sinyal bahwa gangguan terhadap pelayaran internasional di Laut Merah mungkin belum sepenuhnya usai.
Sehari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa negaranya akan menghentikan serangan udara terhadap kelompok Houthi. Keputusan ini muncul setelah pihak Houthi diklaim sepakat menghentikan serangan terhadap kapal berbendera Amerika.
Oman dilaporkan menjadi mediator utama dalam tercapainya kesepakatan ini. Sejak Januari, memang tidak ada laporan serangan baru terhadap pelayaran di kawasan tersebut.
Namun, menurut kepala perunding Houthi, Mohammed Abdulsalam, kesepakatan yang tercapai tidak menyentuh persoalan Israel. Ia menegaskan bahwa jika AS benar-benar menghentikan serangan, pihaknya juga akan bersikap defensif dan menghentikan serangan terhadap kapal-kapal AS.
Pada Rabu malam, juru bicara militer Houthi menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan serangan drone ke arah Israel. Ia juga memperingatkan bahwa serangan akan kembali diluncurkan jika Washington melanjutkan agresinya di Yaman.
Militer Israel sebelumnya menyatakan telah mencegat sebuah drone yang datang dari arah timur, sementara media lokal melaporkan bahwa sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman jatuh di luar wilayah Israel.
Meski hubungan antara AS dan Houthi tampak lebih tenang, kelompok yang telah bertahan menghadapi tekanan militer bertahun-tahun ini tetap membuka kemungkinan untuk menyerang kapal yang diduga terkait dengan Israel.
Sementara itu, Iran menyambut baik langkah AS menghentikan serangan udara, dan menyampaikan apresiasi kepada Oman atas perannya dalam proses ini.
AS diketahui meningkatkan serangan udara terhadap posisi Houthi sejak awal tahun, dalam upaya melindungi jalur pelayaran di Laut Merah yang menjadi jalur penting perdagangan global. Organisasi HAM menyuarakan kekhawatiran terkait dampak terhadap warga sipil.
Presiden Trump dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menyebut bahwa pihak Houthi meminta agar AS berhenti mengebom mereka dan sebagai gantinya, mereka akan menghentikan serangan terhadap kapal AS. Trump menyatakan akan mematuhi kesepakatan ini.
Konflik Gaza dan Eskalasi Serangan
Serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah dimulai setelah Israel meluncurkan operasi militer di Gaza sebagai tanggapan atas serangan mematikan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sejak operasi militer bernama Operation Rough Rider dimulai pada 15 Maret, militer AS menyebut telah melancarkan lebih dari 1.000 serangan terhadap target Houthi, menewaskan ratusan milisi dan beberapa pemimpin mereka.
Ketegangan semakin meningkat ketika rudal yang diyakini ditembakkan oleh Houthi mendarat dekat Bandara Ben Gurion, Israel. Sebagai balasan, Israel meluncurkan serangan udara terhadap pelabuhan Hodeidah pada hari berikutnya dan kembali menyerang Bandara Internasional Sana’a.
Di masa pemerintahan Presiden Joe Biden sebelumnya, AS dan Inggris telah menggelar operasi udara untuk menjaga keamanan jalur pelayaran di Laut Merah, yang mengangkut sekitar 15% perdagangan dunia.
Namun, di bawah kepemimpinan Trump sejak Januari, AS meningkatkan intensitas serangan sebagai respons atas ancaman Houthi terhadap kapal-kapal Israel di berbagai wilayah strategis seperti Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden.
Pada 28 April, serangan udara yang diduga dilakukan oleh AS menghantam pusat penampungan migran di Yaman. Media Houthi menyebut insiden ini menewaskan sedikitnya 68 orang.