Jakarta – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi membuka Konferensi ke-19 Perkumpulan Parlemen Negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (PUIC) Pada 14 Mei di Jakarta. Dalam pidatonya yang sarat pesan moral dan nilai sejarah, Prabowo menyerukan pentingnya solidaritas dunia Islam di tengah konflik global yang semakin kompleks.
"Pada hari yang baik ini, di tanah Jakarta yang hangat, saya menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan bahwa Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah sesi ke-19 Perkumpulan Parlemen Negara-negara Islam sekaligus merayakan peringatan 25 tahun berdirinya organisasi ini," ujar Prabowo dalam sambutannya di hadapan para pemimpin parlemen dari negara-negara Islam.
Prabowo menekankan bahwa sejarah Islam kaya akan teladan pemimpin yang menginspirasi, mulai dari keadilan Salahuddin Al-Ayyubi, loyalitas Khalid bin Walid, ketegasan Umar bin Khattab, hingga visi Muhammad Al-Fatih. Ia menilai nilai-nilai kepemimpinan itu harus menjadi rujukan dalam membangun pemerintahan yang kuat, adil, dan melayani rakyat.
Dalam bagian paling kuat dari pidatonya, Prabowo kembali menegaskan posisi tegas Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
“Saya ulangi kembali di forum ini, sudah tiba waktu. Jangan kita sekedar berdiskusi, jangan menyusun resolusi-resolusi lagi. Rakyat Palestina terlalu lama menjadi korban. Rakyat Palestina membutuhkan suatu keberpihakan, suatu tindakan yang nyata. Indonesia akan terus berdiri bersama Palestina,” tegasnya.
Presiden juga menyoroti tantangan mendasar yang dihadapi banyak negara Islam saat ini: kemiskinan, korupsi, dan ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia menyerukan pentingnya memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik dan membangun institusi yang kokoh agar negara-negara Islam mampu bersaing secara global.
“Tidak mungkin kita kuat kalau rakyat kita miskin. Tidak ada negara miskin yang kuat. Untuk itu kita harus keluar dari kemiskinan. Kita harus berjuang untuk mengangkat rakyat kita masing-masing dari kemiskinan,” tambahnya.
Dengan semangat kebersamaan, Prabowo mengajak negara-negara Islam untuk meninggalkan rivalitas internal dan bersatu demi masa depan umat. Ia menutup pidatonya dengan seruan agar ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam kembali menjadi fondasi dalam menghadapi gejolak dunia.
Acara pembukaan ditutup dengan simbolisasi pemukulan Gendang Tabuik bersama Ketua DPR dan Presiden PUIC sebelumnya, sebagai penanda resmi dimulainya konferensi bergengsi ini.